Rabu, 14 Desember 2011

Desaku


Embun pagi membekas dipucuk-pucuk dedaunan, sinar matahari pagi tampak disela-sela pohon kelapa dan pepohonan lainnya.  Udara pagi yang dingin menyusup hingga ketulang-tulang. Tampak sebuah rumah bambu yang berdiri kokoh ditengah-tengah persawahan. Asap-asap tipis menembus atap rumah yang terbuat dari jerami itu.  Seorang wanita separuh baya  tampak membuka pintu rumah yang terbuat dari bambu itu. Ia hendak mengambil sapu yang ada di bagian belakang rumahnya. Matahari tampak semakin tinggi kokok ayam jantan sudah tak terdengar lagi, yang ada hanyalah suara cicit burung yang bertengger diatas pohon sambil berjemur, udara yang dingin sedikit-demi sedikit menjadi hangat.
Diatas meja tampak sepiring singkong rebus, sebuah ceret tanah ada disampingnnya dengan sebuah gelas plastik yang menutupi bagian atas ceret tersebut. Dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu itu ditembus cahaya matahari yang beranjak bangun dari peraduannya. Tiga buah sabit tampak menyelip di diding yang terbuat dari bambu itu, sebuah topi lusuh tergantung dibelakang pintu. Cicit anak-anak ayam yang baru turun dari keraman induknya meramaikan suasana pagi. Induknya mengais-ngais tanah mencarikan anaknya makanan, tampak beberapa butir beras yang berbaur dengan tanah menjadi sarapan pagi anak-ank ayam itu. 
Sesekali angin dingin berhembus ditengah hangatnya matahari pagi, beberapa batang pohon padipun ikut bergoyang tertiup angin. Beberapa burung kecil tampak beterbangan berpindah dari satu pohon ke pohon yang lainnya. Burung-burung nakal mulai mengintai padi-padi yang sudah menguning dari pandangan para petani yang mulai turun kesawah untuk mengusir burung-burung itu. Dan ada beberapa yang memperbaiki pematang sawah yang rusak karena hujan.


Sebuah sungai kecil terbentang dihulu sawah, airnya jernih bebrapa batu  besar tampak dipinggiran sungai. Biasanya beberapa anak-anak desa duduk-duduk disana sambil memancing ikan bahkan ada yang mandi disana. Beberapa ibu-ibu membawa pakaian kotor dan mencucinya disana. Diseberang sungai  tampak sebuah ladang, ladang itu milik pak Yanto. Beberapa pohon singkong dan jagung tumbuh dengan subur disana. Ketika siang hari para petani biasanya menghabiskan waktu mereka beristirahat  dan membuka bekal makan siang yang telah dipersiapkan oleh para istri mereka. Sebuah pohon besar yang ada dipinggir sungai  menjadi tempat berteduh mereka dari teriknya matahari. 

Ketika matahari sudah condong kebarat para petani bergegas pulang kerumah, sebelum pulang kerumah ada beberapa petani yang menyempatkan diri mencari kayu bakar, ada yang mencari sayuran keladangnya dan ada yang menyempatkan diri untuk mandi disungai.  Jika hari sudah semakin malam tampak beberapa lampu pijar berkelap-kelip dari beberapa rumah penduduk desa yang saling berjauhan satu sama lainnya. Udara dinginpun mulai berhembus menyelimuti suasana malam yang sepi dan penuh ketenangan dari hiruk pikuknya  keramaian kota.